SELAMAT DATANG DI BLOGER RESMI PECINTA AYAM PETELUR (RAS)

Selasa, 27 September 2011

PROSFEK BISNIS AYAM PETELUR (RAS) DI NTB

A.     PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Telur sebagai sumber protein pada saat ini telah menjadi bahan makanan yang umum dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Demikian juga di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berpenduduk 4,2 Juta jiwa, saat ini juga memerlukan telur yang tidak sedikit.
Produksi telur di NTB jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhannya, produksi telur saat ini dilakukan oleh poultry shop di Mataram. Adapun kapasitas pemeliharaan peternak telur saat ini dapat dilihat pada table berikut :
No
Nama Farm/Peternak
Lokasi
Kapasitas (ek)
Ket
1
Sinta Farm
Manggong
150.000
Jml Produksi
2
Hero Farm
Suranadi
100.000

3
Joko Farm
Pengsong
10.000

4
Asen Farm
Suranadi
15.000

5
Nengah Bagiarte Farm
Pagutam
5.000


Total

280.000


2.      Tujuan dan manfaat usaha
Adapun tujuan dan manfaat dari usaha budidaya ayam petelur ini antara lain :
a.       Untuk ikut serta meningkatkan konsumsi protein hewani masyarakat
b.      Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya yang berkecimpung dalam budidaya ayam petelur
c.       Untuk mengurangi pengangguran di pedesaan sekaligus menghambat masyarakat desa mencari lapangan pekerjaan di kota

B.     TINJAUAN UMUM PROSFEK TELUR KOMERSIL
1.      Prospek Usaha Ayam Petelur
Usaha budidaya ayam petelur di NTB memiliki prosfek yang cukup bagus karena antara kebutuhan dan supply masih belum seimbang dimana kebutuhan telur sebanyak 1,3 juta butir per hari namun yang diproduksi baru mencapai 300.000 butir per hari. Kekurangan tersebut yang membuat telur produksi dari Jawa Timur dan Bali masuk sebanyak 1.000.000 butir per hari. Minimnya peternak yang melakukan budi daya ayam petelur dikarenakan berbagai sebab antara lain :
a.       Peternak kecil tidak sanggup berinvestasi ke ayam petelur ini karena dibutuhkan nilai investasi yang cukup tinggi baik untuk menyiapkan kandang dan peralatannya juga karena investasi ayam petelur memerlukan modal yang lebih karena pada bulan ke 6 diperoleh hasil.
b.      Pemerintah daerah NTB melarang masuknya pullet sebagai langkah untuk mengurangi resiko transfer penyakit terutama adanya flu burung (Avian Influenza).
c.       Peternak kecil juga dihadapkan pada minimnya pengetahuan dan teknologi budi daya ayam petelur sehingga peternak takut merugi.
d.      Peternak kecil umumnya juga tidak mengetahui dimana mendapatkan sapronak ayam petelur yang berkualitas bagus dan harga terjangkau.
2.      Kondisi Pasar Telur di NTB
Sistem pemasaran telur di pasar-pasar tradisional dan warung-warung masih menganut penjualan perbutir dengan mengelompokkan ukuran yang sama menjadi grade besar, campur dan kecil yang mana harga untuk masing-masing grade berbeda cukup signifikan. Kondisi pasar telur masih didominasi oleh telur dari luar pulau baik Jawa Timur maupun Bali yang mana kualitasnya masih kalah dengan telur local terutama dalam hal kesegarannya (freshness) telur produksi local lebih disukai karena lebih fress dan lebih tahan lama disimpan walaupun harga lebih mahal antara 50 – 100 rupiah per butir. Dari 1.300.000 butir per hari 50 % diantaranya diserap oleh kota mataram dan Lombok Barat, sedangkan sisanya dikonsumsi oleh kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengan, Sumbawa, Bima dan Dompu.
3.      Perkembangan Produksi Telur di NTB
Produksi telur di NTB dari catatan Badan Pusat Statisktik (BPS) tahun 2007 adalah sebagai berikut :
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
Butir/Hari
186.056
204.661
201.214
293.722
262.083
Dari data tersebut di atas maka untuk memenuhi kebutuhan telur di Provinsi NTB ini diperlukan penambahan populasi 5 kali lipat dibandingkan yang ada saat ini.
Pengembangan populasi ayam petelur di NTB sangat dimungkinkan mengingat propinsi ini adalah sumber jagung yang merupakan komponen penyusun makanan ayam petelur 50 % dan juga sumber dedak padi yang merupakan komponen penyusun makanan ayam petelur 15 % saat ini peternak petelur di Bali mengandalkan jagung dan dedak dari produksi provinsi NTB sebagai penopang bisnis mereka. Jadi kenapa tidak kita kembangkan sendiri ayam petelur di NTB ?.
4.      Perkembangan Harga Telur di NTB
Harga telur di NTB sangat dipengaruhi oleh supply dari luar provinsi terutama Bali dan Jawa Timur. Harga telur mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh harga makanan ternak dan juga peningkatan kesadaran masyarakat akan perlunya konsumsi protein hewani.

C.     PERENCANAAN LOKASI USAHA
Untuk pengembangan ayam petelur ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1.      Lokasi kandang terpisah dari pemukiman penduduk sehingga tidak menganggu masyarakat dan ayam petelur itu sendiri.
2.      Dapat dijangkau oleh kendaraan roda empat
3.      Terdapat jaringan listrik dan cukup tersedia air bersih
4.      Sirkulasi udara baik






PERHITUNGAN INVESTASI LAYER FARM COMMERCIAL
POPULASI 1000 EKOR


Fix Asset
satuan
unit
harga
Jumlah

Investasi lahan
M2
400,00
15,000
6,000,000

Kandang
M
1,000,00
20,000
20,000,000

Pagar keliling  kandang M

40,00
10,7850
4,314,000

Gudang (ukuran 10 x 30 m)



15,000,000

Mess Karyawan (Ukuran 5 x 20)



4,000,000

Sub Total Fix Asset



26,000,000







Variable Asset





Pullet
Ekor
1,000,00
55,000
55,000,000

Pakan





Pre Layer
Kg/Ekor
1,10
3,900
4,290,000

Layer I
Kg/ekor
23,87
2,805
66,955,350

Layer II
Kg/ekor
23,10
2,755
63,640,500

Drugs + Vaccine





Al Vaccine
/1000 ekor
1,00
500,000
500,000

ND IB (Ma5 Clone 30)
/1000 ekor
8,00
45,000
360,000

Vitamin
Kg
1, 00
108,000
108,000

Antibiotika
Ltr
1,00
250,000
250,000

Tenaga Kerja



4,217,600

Listrik, dan Biaya Oprasional lain



4,833,333

Sub Total Variable Asset



200,154,783

Total Biaya



226,154,783







Pendapatan





Telur      81 %





Hen House     330 butir dlm masa produksi 5 mg



Harga     800 per butir





Hasil Penjualan Telur



264,000,000

Afkir





Daya Hidup     87 %





Harga Afkir     35000 per ekor





Hasil Penjualan Afkir



30,450,000

Total Pendapatan Hasil Produksi



294,450,000







Selisih Pendapatan dengan Variable Cost

94,295,217

Keuntungan Kotor



47 %

Penyusutan



2,600.000

Keuntungan Bersih



91,695,217

Prosentase Keuntungan per priode (1.32 tahun)

46 % per priode

Prosentase Keuntungan per tahun



35 % per tahun





3 % per bulan